Sunday, October 10, 2010

Kopi Tubruk

Indonesia terkenal dengan kopi tubruknya. Kopi tubruk sendiri sering disalah-artikan dengan kopi yang dididihkan (seperti indomie ). Sebenarnya, yang dimaksud dengan Kopi Tubruk adalah kopi yang disiram dengan air panas kisaran 95-100 derajat Celsius. Sedangkan Kopi yang didihkan sebenarnya disebut Turkish Coffee.

TAHUKAN ANDA ? Bahwa sebenarnya gilingan kopi yang paling tepat untuk Kopi Tubruk adalah agak kasar (coarse ground), bukan seperti gilingan halus kopi2 di Indonesia pada umumnya. Gilingan halus Kopi Indonesia sebenarnya lebih cocok untuk Turkish Coffee.

Kopi Tubruk
Asal nama kopi ini gara-gara dibikin dari biji kopi yang diancurin, bahasa Jawanya: ditubrukin. Tapi ada juga yang bilang, dinamain kopi tubruk soalnya minuman ini dibikin pake asal tubruk. Serbuk kopi langsung ditubrukin pake aer panas, gak pake saring-saringan segala. Jadi masih banyak ampas-ampas kopinya dimana-mana.

filosofi kopi
Kopi tubruk itu lugu, sederhana, tapi sangat memikat kalau kita mengenalnya lebih dalam.
Kopi tubruk tidak peduli pada penampilannya, kasar, membuatnya pun sangat cepat. Seolah-olah tidak membutuhkan skill khusus. Tapi, tunggu sampai anda mencium aromanya. Kedahsyatan kopi tubruk terletak pada temperatur, tekanan, dan urutan langkah pembuatan yang tepat. Semua itu akan sia-sia kalau anda kehilangan tujuan sebenarnya: AROMA. Coba hirup dulu aromanya.
dari buku: Filosofi Kopi, Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade (1995-2005), Dee.




Cara bikin Kopi Tubruk yang baik :

Gini kira2 dasar-2 buat bikin kopi tubruk :

1. Panaskan air (harus sampai mendidih atau minimal 95 derajat Celsius), boleh pake air ledeng ato air mineral, tapi jangan pake air distilasi.

2. Masukkan 2 sendok teh kopi (mentung/numpuk kopinya) atau tepatnya 9 gram kopi ke dalan cangkir.

3. Masukkan gula sesuai selera bila yang suka pake gula, saya sendiri lebih suka tidak terlalu manis, dan lebih enak lagi kalo pake gula aren semut (gula aren bubuk).

4. Sesudah air mendidih, masukkan air tersebut ke dalam cup yang sudah berisi kopi kira2 200ml air, dan JANGAN DIADUK.

5. Biarkan permukaan cangkir ditutupi bubuk kopi (yang akan melayang dengan sendirinya untuk kopi Bel Canto) selama 3 menit, untuk mengikat aroma kopi sehingga tidak keluar ke udara bebas.

6. Sesudah 3 menit tersebut, dan bila sudah siap2 minum, boleh singkirkan kopi yang ada di permukaan cangkir tersebut dengan sendok teh, singkirkan dengan cara mendorong aja ke pinggir cangkir, tidak usah diangkat.

7. Sesudah itu boleh dikocek atau tidak, sesuai selera, namun bila dikocek kopi yang di bawah akan ke atas lagi jadi perlu didiamkan lagi sebentar.

8. Silahkan menikmati kopinya, dan lebih enak bila di"seruput" langsung dari cangkir, jangan pake sendok.


pembuatan dengan gambar

Kopi Tubruk Tradisional

1. Panaskan air sampai mendidih.


2. Masukkan 2 sendok kopi (tepatnya 10gram) ke dalam cangkir (ukuran 120-150ml) dan tambahkan gula sesuai selera.



3. Setelah air mendidih, diamkan selama 30detik agar panasnya berkurang sedikit (95-98 derajat Celsius).

4. Tuangkan air panas tersebut ke cangkir yang telah diisi kopi.


5. Diamkan selama 3-4 menit (jangan diaduk).

6. Setelah 3-4menit aduklah secara perlahan dan searah agar crema tidak hancur.

7. Secangkir Kopi Tubruk yang harum dan kental siap menemani Anda.



sumber:
http://kopitubruk-kayumanis.blogspot.com/
http://www.sarangkopi.com/index.php/penggunaan-alat/kopi-tubruk-tradisional
http://www.ngobrolaja.com/showthread.php?t=36968

5 comments:

Kopi Tubruk Kayu Manis said...

Hi, i love your post your coffee blog.. thanx for sharing...

cobalah untuk memasangnya di api kecil untuk benar-benar bisa mengeluarkan aroma kopinya...

it works well kalau kopi yg akan kita nikmati sudah cukup lama stock nya sehingga aromanya kurang harum jika hanya diseduh...

Dewi said...

wow..tulisan anda sungguh suatu ilmu bagi saya, bahkan anda memberi filosofi bagi kopi

Unknown said...

Like this Om,cakep artikelnya

NONTON FILM ONLINE said...

saya suka sekali artikelnya sangat membantu
trimaksih gan,,

Unknown said...

Mantad jiwa